This page kinda sensitive, a little bit looks narsisstic things. I am just wanna make a huge memories in all of my medias. Ini sedikit POV dari ku, review singkat kehidupan sepanjang 20 tahun ini. honestly, kehidupan masa kecilku terbilang aneh dan hampa.
Aku hidup di keluarga sedikit patriarki, keluargaku besar tapi masih kurang dalam kebutuhan harian. Makanan retur adalah hal yg mewah di rumah ku. aku teringat ketika Bapak pulang tepat pukul 9 malam, kompor tak menyala, lampu sudah dimatikan,tapi lidahku masih terasa sisa amis pempek pemberian nenek -yg tak banyak-.
Perutku masih bergemuruh lapar. Tapi, saat mendengar suara motor jupiter, aku bangun dengan sigap untuk menyerbu hidangan apa saja yg bapak bawa. Tetap saja aku kalah. 3 kakak laki-laki (yg tepat di atasku) lebih sangar lagi. Roti isi keju dengan hiasan bendera menjadi favorit mereka. terasa kecewa, aku berusaha menghilangkan rasa khawatir, toh masih banyak makanan yang lain.
Dari situ aku tersadar. Hidup kami begitu jauh dari sinema televisia. Mereka makan nasi dengan berbagai lauk pauk, sementara Aku mau tak mau memakan nasi dengan parutan kelapa dan garam. Aku tahu hidup ini bukan selamanya abadi. Aku tahu kelak ada akhirat yg menjadi hadiah besar. Tapi, apa salahnya berusaha menikmati kehidupan dunia ini? Aku ingin melihat orang tuaku bercengkrama, berbagi kisah tentang duniaku dan dunia mereka. Saat ini, kehidupan mereka kelabu tak tampak. Mereka mungkin tak ingin memperlihatkan kehidupan yang susah. Tapi, Aku selalu berharap memiliki keluarga dangan kepercayaan antar sesama.
Matahari belum tampak, embun pagi menetes dari tepi tutup botol-botol yang berserakan di depan rumah.
Nenek sudah berjalan-jalan di kios sarapan. Sementara itu, Ibu ku masih sibuk membangunkan ke-9 anaknya yang masih tinggal di rumah. Jama'ah shubuh telah berakhir, sebagian kakak ku masih terlelap membuat emosi Ibu memuncak. "Bangun... sholat subuh dulu. sekolah bentar lagi tutup gerbang. Saatuu, Duaaa, TIII GAA." suara itu tak ada apa apanya, kami masih terlelap. Sampai terdengar suara langkah bapak dari pintu utama.
"Drap, drap, drap..." langkah itu semakin jelas disertai suara Lantang Bapak. "Tangii!!! dino wis awan, SEKOLAHHH!!" ucapnya.
Semuanya bangun dan bangkit seketika. Tak ada lagi lenguhan mimpi itu. Kamar mandi kami yang hanya 2 sudah penuh antrian. Sebagian nya sarapan dengan telur dan mi, sebagian yang lain menyiapkan buku. Lalu, apakah setenang itu tentu saja tidakk.
"Ibuu Kaus kaki hitam ku kemana??" teriak kakak ku Harist. "Ibuuu.. buku matematika ku kemaren masih disini kok sekarang ngga ada?" teriak yang lain. :> chaos bgt
semua bergantung pada Ibu, Aku ingin membantu tapi tak tahu. Aku berusaha membantu mencari, tapi tingkah ku disalah pahami. "Kamu ini. Sudah giliranmu mandi! cepet sana!" ucapan lantang itu membuatku sedikit kecewa. Aku hanya ingin merasakan ketenangan di setiap pagi, bukan hal seperti ini yang mau aku lihat.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.